Sekolah Online Melalui Chatting - Orang Tua Sebagai Pengajar dan Guru Sebagai Pemberi Nilai


Sekolah Online
Anak-anak yang bersiap untuk sekolah di pagi hari.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Hari ini luar biasa sekali, mood-ku menurun drastis karena pengaruh hormon pra menstruasiku ditambah beban sekolah online-nya anak-anak dan si bungsu yang super duper aktifnya, sehingga aku tak mendapat 'me time'-ku sama sekali sejak tadi malam.

        Tadi malam si bayi ada syndrom telat bobo, sampai hampir jam 12 malam, doi sibuk berlompatan di tempat tidur, bahkan Cicinya yang sudah tidur pun sempat merasa terganggu.

         Kali ini dipicu dengan tugas hariannya si Cece yang banyak banget, ditambah tugas mingguannya yang dikasih double oleh gurunya.

Sekolah Online Chatting
Tugas 17-an di rumah, merayakan kemerdekaan RI.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Tugas untuk 2 minggu yang isinya tepat 100 soal, tidak lebih apalagi kurang. Wow banget kan? Anak kelas 1 SD gitu loh.

        Okelah, daripada unek-unek ditahan dan menyebabkan penyakit hati, aku ceritakan sekalian saja sekalian di sini.

        Jadi dia dikasih soal print out juga kan seminggu sekali disamping tugas hariannya yang juga membuat mumet itu.
        Nah waktu kasih soal minggu kedua dan ketiga, dia kasih soal yang sama, dikerjakan pula sama ponakkanku keduanya dan sudah dikumpul, lalu diberikan soal baru oleh gurunya.
        Tiba-tiba kemarin Bu Gurunya mengirimkan pesan singkat padaku untuk bertanya "Anaknya belum ambil soal ketiga ya Bu?"

        Kebetulan aku kan jadi wali (perantara) kedua ponakkanku juga di sekolahnya masing-masing.

        Jadi aku jawab saja, "Sudah Bu, tapi memang saya lihat isinya sama dengan soal kedua, jadi anaknya kerjakan dua kali untuk soal itu."
        Dia jawab, "Iya Bu."
        Okelah berarti pikirku, dia tahu kalau salah kasih soal, dan aku berharap akan ada toleransi dalam hal itu, karena kesalahan bukan pada kami, bahkan anaknya sendiri sudah mengerjakan 50 soal yang sama dua kali.
        Tak disangka, pada minggu keempat saat ayahnya para ponakkanku mengumpulkan soal mingguan ke rumah gurunya, beliau malah memberi soal double, yaitu soal minggu ketiga dan minggu keempat. 
        Dalam artian, satu minggu si bocah harus mengerjakan sebanyak 100 soal disamping tugas hariannya yang juga menumpuk!

        Sungguh menguras emosi, karena pada hari ini si bocah mendapat tugas pilihan ganda dan menyalin tulisan, sedangkan ini bocah kalau disuruh menyalin tulisan seperti disuruh ngangkat tandon, berat banget.

        Kapan coba waktunya untuk mengerjakan tugas yang 100 soal itu? Whuaa, hiks. T_T

Sekolah Streaming
Aplikasi Streaming. Meski menjemukan juga, tapi anak-anak lebih merasa bersekolah dan gurunya langsung mengajar.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Sebenarnya 100 buah pertanyaan dalam waktu 1 minggu itu terlalu banyak, sangat banyak, atau banyak sekali ya?

        Mami Keceh jadi memahami perasaan para emak di luar sana yang beberapa diantaranya selalu komplain masalah 'Sekolah Online'.

        Memang salah kaprah sebenarnya. Pemberian tugas melalui Aplikasi Chat sama sekali bukan Sekolah Online. Kalau menurutku ini adalah Sekolah Offline yang tugasnya diberikan melalui media internet.

        Atau mungkin bisa kita sebut juga sebagai Homeschooling dengan kurikulum sekolah nasional dan perantara sang guru.

        Nilai yang kelak diberikan oleh guru kelak pun bukan hanya sekedar untuk menilai apakah anaknya sudah pandai atau tidak, melainkan apakah orang tuanya sukses mengajarkannya atau tidak.

        Sedangkan secara real yang namanya Sekolah Online itu dan yang mungkin dimaksud oleh Bapak Menteri Pendidikan juga adalah melalui Aplikasi Streaming dan video-video pengajarannya.

       Tetap harus ada interaksi jarak jauh antara murid dan guru, serta tetap seorang pengajar harus memberikan materi, bukan sekedar tugas.

        Yang memberi nilai tanpa materi, biasanya sih juri. Hehehee.

        Saya setuju kok jika Sekolah Online yang dimaksud Pak Menteri adalah Streaming dan Video Pengajaran.

        Sayangnya sebagian dari masyarakat Indonesia belum semuanya memungkinkan untuk mengikuti sistem tersebut, kecuali negara mampu menopang biaya internet dan fasilitas lainnya agar semua murid bisa menikmati secara gratis.

        Tapi jika semua muridnya sudah menggunakan Aplikasi Chat, boleh dong Bu Guru sekali-sekali mengirimkan rekaman video Ibu sedang menjelaskan materi atau sekedar meminta muridnya menonton materi di TVRI. Tanpa memberikan tugas pada hari tersebut.

        Boleh sih diberikan tugas harian, tapi tanpa tugas mingguan lagi. Kemendikbud kan sudah mengeluarkan Kurikulum Darurat juga, kebetulan aku menonton waktu live-nya.

        Sekolah 'Online' dengan pemberian tugas yang menumpuk saja menurutku sama sekali tidak efektif, yaitu antara lain kendala-kendala yang dihadapi (terlepas dari masalah gadget dan kuota internet):

1. Guru tidak sungguhan memahami karakter murid-muridnya.

2. Guru tidak tahu kemampuan muridnya yang sebenarnya.

3. Murid hanya mendapat nilai tapi tidak mendapatkan pengajaran langsung dari gurunya.

4. Guru punya sertifikasi mengajar, tentunya lebih kompeten di bidangnya masing-masing, sedangkan orang tua tidak.

5. Guru terkesan mengalihkan fungsi orang tua sebagai pengajar, sedangkan dirinya hanya sebagai pemberi nilai.

6. Murid merasa tidak seperti sekolah, karena tidak pernah interaksi dengan gurunya, apalagi kawan-kawannya meskipun dari jarak jauh.

        Memang kita semua menghadapi situasi yang sangat susah dan yang bisa kita lakukan saat ini hanya berdoa agar Pandemi segera berakhir, aamiin yaa Rabb.

        Tetapi aku sebagai salah satu wali murid juga mohon agar para guru tidak membebani tugas kepada anak-anak muridnya terlalu banyak.

        Setiap guru kan smart, dan tentunya tahu bagaimana caranya agar sistem pembelajaran tetap berjalan baik dan efektif dalam kondisi apapun.

        Oh iya, bolehkah selesai Pandemi aku minta sertifikasi mengajar, Pak Menteri?

        Muridku ada 4 orang di rumah, 3 anak Sekolah dasar dan 1 PAUD (Homeschooling denganku langsung). ^_^

Homeschooling
Homeschooling. Mereka praktek membuat Pizza Mini di rumah.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.


Komentar