Kendala Sekolah Online Streaming - Internet Gangguan, Anak Susah Diatur dan Orang Tua Emosian

It's so hard today!  Sunny weather but rainy heart! Getting bored with this situation.

        Aku mulai khawatir menghadapi pagi, untuk melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 lewat, sementara dia masih terlelap.

Emak Stres
Ilustrasi.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Kemarin pagi, aku dan putri sulungku bergulat, ... oh tidak ... maksudku, aku menggendong tubuhnya yang sudah hampir seberat 20 Kilo itu menuju kamar mandi, sementara dia meronta berusaha melepaskan diri dari dekapanku.

        Saat dia berhasil melepaskan diri, aku mengambil sikat gigi dan membubuhinya pasta, lalu kejadian yang pertama berulang lagi, aku mengangkatnya dan dia meronta.

        Hasil akhirnya adalah kami berdua terduduk di depan pintu kamar mandi, dengan aku yang setengah memaksa, menyikatkan giginya, karena ia terus berusaha mengatupkan bibirnya.

        Meski setelahnya selesai perkara. Dengan terpaksa ia berdiri sendiri untuk pergi ke kamar mandi dan berkumur.

        Sejak hari selasa kemarin, dia memang mulai melakukan penolakan untuk bangun dan sekolah online, berbeda dengan si koko sepupu yang justru dalam dua hari ini tidak cerewet saat bangun pagi dan naik ke kamarku dengan wajah tersenyum.

        Aku orangnya memang sedikit kaku. Bagiku, tidak masalah kalau dia menolak mandi pagi, tapi dia wajib sikat gigi dan cuci muka.

        Karena aku sendiripun tidak akan pernah mau meninggalkan rumah tanpa mandi, atau berhadapan dengan orang lain meskipun hanya video call sebelum mandi.

        Jadi menurutku, aku sudah sangat bertoleransi, mengijinkannya tidak mandi pagi, hanya sikat gigi dan cuci muka.

Sikat Gigi Bayi
Aisyah kecil yang sudah pandai menyikat gigi.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Pagi hari ini, aku memang bangun terlambat sehingga sesegera mungkin aku mengangkat tubuhnya.

        Sama seperti hari sebelumnya dimana terjadi pergulatan antara kami, sebelum pada akhirnya aku menarik nafas panjangku dan langsung melepaskan pakaian dari tubuhnya.

        Oke Aisyah, pagi ini free gosok gigi, aku berusaha menabahkan diri. Sabar Mommy, ini situasi yang juga sulit untuknya, bukan hanya untukku, aku berusaha menenangkan diriku sendiri.

        Ternyata memang masalahnya dia hanya tidak mau gosok gigi, karena tubuhnya tidak begitu melakukan penolakkan saat aku menggantikan pakaiannya dengan seragam sekolah.

        Si bungsuku masih terlelap dalam tidurnya, dan seperti biasa Aisyah duluan masuk ke room kelas sebelum koko sepupunya karena si koko memang selalu terlambat naik ke kamarku.

        Koko datang dengan pakaian rapi, membawa susu kotak dan wajah tersenyum ceria. Senang juga melihatnya cukup banyak perubahan dari sebelum-sebelumnya.

        Nggak lama si Cece juga ikut ke kamarku juga dengan pakaian seragamnya. Semua ceria, tak ada yang mewek.

        Okelah. Perfect day!


Jaringan Internet Bermasalah.

        Pelajaran dimulai, Aisyah dengan Mandarin, dan si Koko dengan Bahasa Inggris.

        Keduanya favorite banget sih bagiku, karena kan Bahasa Asing Dasar itu sangat mudah sekali untuk dipahami oleh orang dewasa, meski bagi anak-anak cukup susah.

        Ternyata jaringan internet tidak ingin kami berbahagia pagi ini. Beberapa kali Aisyah terkeluar dari room-nya, sementara kokonya aku pakaikan headset supaya fokus mendengarkan sang guru menjelaskan, tapi aku jadi nggak tahu apakah jaringannya lancar saja atau bermasalah juga.

Modem Internet
WiFi oh WiFi. Maaf itu modemnya kena cipratan susu UHT  coklatnya anak-anak.
Sumber: Koleksi Pribadi.

        Akhirnya aku sibuk urus modem, kemudian urus si bungsu yang dibangunin koko, dan ketika Aisyah berhasil masuk lagi ke dalam room, ternyata pelajarannya sudah berakhir.

        Akupun beralih pada si koko, melepaskan headset-nya agar aku bisa ikut mendengarkan.


Si Ponakkan Cowok, kadang menyenangkan tapi kadang menyebalkan.

        Pas banget, baru saja headset aku lepas dari telinganya, gurunya itu bertanya dan ditujukan padanya, "Sachio, sudah selesai belum mengerjakannya?"

        Langsung Mami Keceh kalang kabut, nanyai si anak sambil bolak-balik bukunya juga, "Loh Ciyo disuruh kerjakan halaman berapa?"

        Jawabannya langsung bikin jari-jari tangan yang jumlah keseluruhannya ada 10 jari, terlihat seperti 20 jari. Dia tidak menyimak sama sekali. Pusing pala Mamih!

        Gurunya pun berkata lagi, "Ok Children, sudah dikerjain yang 3 soal itu? Nanti I will ask you one by one."

        Wuidih, langsung teringat pelajaran minggu lalu sampai dimana, aku pun mulai membalik lembar demi lembar bukunya untuk menemukan soal yang hanya terdiri dari 3 pertanyaan.

        Nah nemu! "Oh disuruh menggambar Ko. Gambar benda berbulu, berkilauan, dan manis. Yang berkilau saja dulu. Koko kan biasa main Roblox dan ada diamond, nah gambar saja itu."

        Diapun berpikir sejenak, lalu melirik dengan matanya sedikit menyipit dan senyumnya yang tengil padaku, kemudian berkata, "Hemm ... Yang berkilau itu mungkin kepala botak."

        Sampai aku keselek ludahku sendiri, nggak sanggup menahan tawa. Sempat-sempatnya dalam keadaan genting dia melawak.

        "Ya sudah, gambar kepala botak." Kataku berpura-pura serius.

        "Oh tidak tidak ..." Dia nyengir, lalu mulai menggambar diamond.

        "Siapa di sini yang besarnya mau jadi dokter?" Sekilas aku mendengar suara gurunya bertanya.

        "Sepertinya kita salah Ko." Aku mulai membalik bukunya lagi.

        "Ya ampun, yang ini, sekarang sudah masuk tema Profesi. Ini nah ada 3 soal, ayo cepat kerjakan."
        Dia mulai mengomel lagi. "Ish, Ciyo nggak suka, banyak betul. Ciyo nggak bisa."

        "Ini sedikit. Kalau dikerjakan cepat selesai, kalau nggak dikerjakan ya memang kelihatan banyak."

        Padahal hanya 3 soal. Kebayang kan gimana kewalahannya aku menghadapinya setiap dia ulangan harian yang isinya 10 sampai 15 soal. Syukur-syukur nggak sampai 20 soal.

Online School
Ketika Koko Streamingnya masih di lantai bawah, belum gabung di kamarku.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        "Pokoknya Ciyo nggak suka!" Mulai memukul meja lipatnya seperti biasa.

        Kumat dah pikirku, apalagi si Aisyah sudah duluan selesai pembelajarannya dan bermain ponsel, tambah menyita perhatian si sepupu.

        "Ya sudah, memang Koko mau istirahatnya cuman sebentar karena dipakai mengerjakan tugas?"

        Sambil mengomel diapun menulis jawaban yang aku diktekan. Mami Keceh 'santuy' saja, yang penting dia kerjakan, anggap saja omelannya nggak ada.

        "Ok Children, sebelum Mister akhiri, tugas offline kalian mengerjakan halaman 40."

        Rasanya aku keselek lagi mendengar itu, karena si Koko pun merespon dengan memukul mejanya kembali. Mau ketawa tapi aku tahan.

        "Tugas lagi tugas lagi, Ciyo nggak suka, Ciyo benci!"

        "Yang penting ini dulu dikerjain, itu sedikit saja." Kataku membujuknya.

        Dia membalik lembaran halaman bukunya dan berkata kembali, "Mana ada sedikit, ini banyak!"

        "Sudahlah Ko, jangan banyak mengeluh, kerjakan saja dulu."

        Pokoknya kalau mengatasi si Koko sepupu ini harus ekstra sabar, karena mulutnya yang tak bisa berhenti mengomel dan mengeluh.

        Tapi meskipun marah masih bisalah aku suruh kerjain, yang penting harus pandai memahami situasi hatinya.

        Kalau dia lagi ngomel ya diikuti alurnya saja, jangan malah dibawa bercanda atau diolok-olok, meski kadang aku iseng juga sih, hahahaa.

        Sedangkan kalau adik perempuannya harus dijaga banget perasaannya dari awal karena kalau sudah menangis dan mengamuk susah berhentinya, nggak bakal mau melakukan apa yang disuruh, karena menganggap bahwa kita memerintahnya untuk melakukan apa yang tidak dia suka.

        Tapi saat mereka di kamarku untuk belajar sih selalu aku cekokin dengan kalimat ini, "Sebenarnya nggak ada untungnya bagi Aunty kalau kalian pintar, itu untuk diri kalian sendiri."

        Menurutku, mereka sudah cukup besar untuk dapat mencerna kata-kata itu.


Si Ponakkan Cewek yang juga menguji ketabahan Mami Keceh.

        Si adik perempuannya yang biasa Aisyah panggil Cece itu juga kadang suka memancing emosi.

        Hari ini dia disuruh gurunya mengerjakan soal pilihan ganda di LKS Agama Islam. Jadi aku bertanya dan dia tinggal menjawab sambil menyilang jawaban yang benar.

        "Ya, nomor 1, Siapa yang patut kita sembah? Allah, Malaikat, atau Manusia?"

        Dan diapun menjawab. "Malaikat."

        Aku tidak mengomel, hanya melihatnya, setengah melotot maksudku, dari sela bingkai kacamataku yang mulai melorot di hidung.

        Eh dia jawab lagi, "Manusia ... Manusia ..."

        Air mana air ... tolong sirami kepalaku dengan air es. T_T

        Ada lagi pertanyaan lainnya, "Allah itu ada berapa?"

        Dia menjawab, "Tiga."

        Aku menarik nafas panjang, dalam hatiku bertanya-tanya ini anak serius nggak tahu atau sedang mempermainkanku ya?

        Okelah, anggap saja dia memang tidak tahu, fiuh.

School From Home
Aisyah dan si Cece, School From Home.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        4 mata pelajaran itu terasa lama, apalagi banyak kejadian yang mengiringinya, salah satunya terjadi saling iri.


Koko kumat lagi.

        Si Koko suka iri pada Aisyah, apalagi saat melihat Aisyah mengisi ulang batrei ponselnya. Kebetulan AIsyah online di Laptop.

        Sebenarnya awal-awal mereka sekolah online kan anak-anak ini bergantian online di Laptop, maklum Laptop hanya satu di rumah, itupun Laptop tua dan kadang sudah lelet banget.

        Tapi aku suka kesal karena si Koko tidak serius dan bersungguh-sungguh juga, hanya sekedar agar HPnya tidak cepat habis batrei dan dia bisa perang chatting dengan nyaman bersama teman-temannya. Sementara gurunya ngomong tetap tidak digubris.

        Sayang rasanya, jadi aku membiarkan AIsyah yang di Laptop saja karena Aisyah cukup menyimak apa yang gurunya katakan.

        Kadang saat aku mendampingi koko saja, dia ngomong padaku, "Mami, Aisyah disuruh Teacher buka halaman 119."

        Berarti kan dia menyimak. Selain suara memang lebih besar di Laptop, layar juga lebih besar untuk memudahkan Aisyah menyalin apa yang gurunya presentasikan.

        Tapi malah memicu terjadinya komplain juga.

        "Aisyah terus bisa charge HP, nanti batre HPnya Aisyah bisa penuh duluan sedangkan Ciyo cepat habis." Dengan tampang meweknya.

        Memang dipikirannya ini bocah hanya tentang bagaimana bisa sesegera mungkin bermain game di ponsel.

        Karena kadang dia ketiduran saat gurunya menjelaskan melalui Online Streaming, tapi pas waktunya istirahat malah segar bugar sambil mainin ponselnya.

        Sementara aku sibuk konekkan HPnya untuk masuk ke dalam room-nya, dia sibuk mengurus komplain masalah lain yang tidak ada hubungannya dengan proses belajar mengajar. Sangat mengganggu proses pembelajarannya Aisyah juga.

        Akhirnya aku berkata padanya, "Besok Koko online schoolnya di bawah saja. Di sini Koko mengganggu saja, bukan sungguhan belajar"

        Tambah mengamuk dia, katanya "Aunty jahat!"

         Dia memukul mejanya dengan keras, melemparku dengan bukunya sampai mengenai wajahku, lalu menghampiriku untuk menyerang. Duh pokoknya kacaulah.

        Syukurnya sudah mata pelajaran terakhir dan memang susah banget masuk link-nya, jadi aku absenkan saja dia ke gurunya, melapor kalau Sachio tidak bisa masuk link, lalu aku suruh dia ke bawah saja duluan.

        Supaya dia tidak mengganggu proses belajar mengajar, apalagi tugas adik perempuannya juga menumpuk banget karena sekolah online-nya hanya melalui pemberian tugas lewat Chat.

        Meski pada akhirnya dia nggak iri lagi karena Aisyah pakai ponsel juga untuk streaming akibat Laptop yang ngadat konek ke internet.

        Pokoknya dari hari-hari yang aku jalani,  aku simpulkan saja bahwa kendala dari Sekolah Online ini ada 3 hal, yaitu:

1. Jaringan Internet Bermasalah.

2. Anak-anak Susah Diatur.

3. Orang Tua Tidak Mampu Mengendalikan Emosi.

        Untuk yang Streaming itu saja sih kendalanya, tapi aku cukup puas dengan sistem daring Streaming. Love it - lah.

        Nah untuk sistem pemberian tugas doang, akan aku bahas di tulisan berikutnya. Mungkin aku akan mengetiknya dengan 'taring', bukan dengan jari lagi. Hahahaa ...


Dinikmati saja.

        Sungguh hari-hariku yang selalu riuh dengan anak-anak.

        Karena kadang si bungsu pun ikut bersama kami di dalam kamar, merecoki satu persatu kakaknya yang sedang sekolah.

        Kecuali sudah terlalu mengganggu baru aku membawanya ke bawah untuk dijaga oleh mamiku.

        Ya, setelah jam sekolahnya anak-anak pun bukan waktu yang tepat bagiku untuk beristirahat, si bungsu sudah menunggu untuk menyita sebagian besar perhatianku. Hehehee.

        Tapi aku cukup bahagia dengan ini semua, karena aku sama sekali tak mereka beri waktu untuk merasa sepi.

Anak-anak manis
Nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan? Love!
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.


       

Komentar