Sekolah Online - Daring Antara Guru dan Orang Tua

        
Streaming Online School
Sekolah Streaming, cukup efektif untuk Aisyah.
Sumber Foto: Milik Pribadi.


Orang Tua Pun Libur Setiap Akhir Pekan.

        Akhir pekan yang cukup menyenangkan bagiku di hari sabtu ini. Seharian bersantai di dalam kamar, berleha-leha sambil menatap layar laptop, mengetik kata demi kata curahan hati dan dimasukkan kedalam Blog Pribadi, sambil menyeruput kopi susu dan sesekali membuang pandangan keluar jendela kamar.
        Kota Balikpapan sangat cerah sejak pagi hari ini, secerah apa yang aku rasakan
       Si sulung dan si bungsu juga terlihat ceria, mereka berdua bangun agak siang karena si sulung sedang libur sekolah online sedangkan si bungsu baru saja menyusui pada subuh hari.
        Memang yang agak memusingkan para ibu di masa-masa ini adalah Sekolah Online dimana agak susah memaksa anak-anak untuk belajar apalagi duduk tenang menghadapi layar ponsel atau laptop untuk mendengarkan gurunya menjelaskan.
        Tapi sejauh ini Aisyah masih bisa aku atasi, hanya saja kedua sepupunya juga maunya ikut belajar di bawah arahanku karena JiEm dan JiPi orangnya memang tidak sabaran, sedangkan keduanya cukup melawan juga sama aku. Pusing! Hahahaaa ...
        Apalagi si Koko, buat bangunin dia untuk Sekolah Online saja JiEm dan JiPi merasa kewalahan, dan dia selalu naik ke atas (ke kamarku) pada pagi hari sambil menangis serta mengomel.
        Butuh ekstra kerja keras buat menaikkan mood-nya kembali, yang ada malah dia terus menerus dengan omelannya sehingga membuat sistem belajar mengajar Aisyah ikut terganggu. Berisik soalnya.
        Jadi libur akhir pekan selama 4 hari ini surga banget buat aku, yaitu Tahun Baru Islam pada tanggal 20 Agustus 2020 dan cuti bersama pada tanggal 21 Agustus 2020. Kebetulan sekolahnya Aisyah sama si Koko memang libur pada hari sabtu, maka mereka pun libur panjang. 4 Hari coy! Hehehee ...
        Meski sekolahnya si Cece tidak libur sih, hanya saja aku menyerahkan kembali pada JiEm kalau hanya si Cece yang sekolah karena sekolahnya tidak menggunakan sistem streaming, melainkan sistem pemberian tugas melalui aplikasi chat saja.
        Menurutku ini sistem yang lebih tak efektif karena guru tidak real mengajar, hanya memberi tugas yang setumpuk dan tiada habisnya, sementara anak-anak lebih merasa tidak sekolah karena semua hal yang berhubungan dengan sekolah dan tugas-tugasnya itu melalui perantara orang tua.
        Apalagi si Cece ini bukan anakku, jadi aku tidak begitu bisa mengaturnya. Anak-anak seusianya (7 tahun), sudah bisa membangkang, walau mereka tinggal dan makan di rumah yang sama denganku, mereka bisa melawan dengan kalimat, "Aunty bukan bos."
        Aisyah sempat ikut-ikutan dan melakukan pembangkangan seperti yang sepupu-sepupunya itu lakukan padaku, dia bilang "Mami bukan bos."
        Tapi berhubung Aisyah adalah anakku sendiri, maka dengan terus terang aku tegaskan padanya, "Yes I'm the Boss! Setiap ibu adalah bos bagi anak mereka, seorang anak wajib mematuhi peraturan yang dibuat oleh orang tua yang telah merawatnya."
        Syukurlah ia tak pernah mengatakan hal itu lagi padaku. Mood anak sulungku itu mudah berubah, namun bagiku dia adalah anak yang cukup patuh. Wajar kalau sedikit banyak ada perlawanan darinya, karena dia kan anak manusia, bukan robot, tapi alhamdulillah sejauh ini masih bisa diatasi.

Iklan sejenak ya?

        Kalau si Koko dan si Cece, kedua sepupunya Aisyah itu, kebetulan diasuh oleh kedua orangtuaku, dan mereka sangat sayang pada dua anak itu karena sejak bayi sudah bersama mereka.
        JiPi yang selalu memanjakan Koko dan JiEm yang selalu membela Cece. Sayangnya sistem pengasuhannya masih mengikuti 'gaya kolonial' (istilah ini aku ambil dari ceramahnya Bunda Aisyah Dahlan).
        Tak ada istilah orang tua dilemahkan oleh anak-anak, karena menurut mereka hasilnya anak-anak akan semakin 'ngelunjak', melawan, dan menjadi anak durhaka. Memang sudah begitu prinsip orang tua jaman dahulu kebanyakan.
        Sedangkan cara pengasuhanku justru kebanyakan memberi sugesti positif bagi anak-anakku dan menggunakan sistem rayuan atau mengajak bercanda ria terlebih dahulu saat mood anak-anakku (khususnya Aisyah) sedang turun.

Baca Juga:

        Karena aku kan pernah menjadi seorang anak yang berada di bawah didikan jaman dulu juga.
        Sudah menjadi rahasia umumlah bagi anak-anak tahun 80 dan 90an. Siapa sih yang nggak kenal fungsi lainnya ikat pinggang dan gantungan baju di masa itu?
        Padahal menurutku, orang tua yang cenderung tidak sabaran serta emosian, bukan membuat hati kita sebagai seorang anak makin lunak.
        Sekedar takut dipukul saat itu saja, tapi hati makin sekeras baja dan akhirnya selalu mengulangi kesalahan yang sama, melakukan perlawanan dan pembangkangan.
        Nah sebagai orang tua, yang harus ditekankan dalam mengasuh anak-anak adalah membuat mereka patuh, bukannya takut.
        Kalau kedua sepupunya Aisyah itu aku tegur, mereka akan bilang "Aunty bukan siapa-siapa."
        Bikin ngelus dada saja, tinggalnya bareng-bareng, sekolah didampingi, kadang minta buatkan makan dibuatin, eh dibilang bukan siapa-siapa dan sama sekali tak berhak ngatur mereka.
        Sempat aku ceritakan sebelumnya kan kalau si Koko dan si Cece ini kakak beradik korban perceraian juga.
        Hanya saja bedanya karena orang tuanya menikah dini, jadi tentunya saat bercerai juga masih sangat muda dan masing-masing masih berjiwa bebas, tidak punya pekerjaan tetap.
        Anak-anaknya ditinggalkan begitu saja pada kakek (JiPi) dan nenek (JiEm)-nya, kedua orang tuaku, otomatis kini tinggal juga bersamaku (yang sejak tahun lalu juga berpisah dengan mantan suamiku).
        Itu juga kenapa aku sempat bilang kalau kepengurusan hak asuh anak-anak itu penting banget, dan jauh lebih baik jika mereka tahu bahwa mereka sangat diinginkan oleh ibunya. Tapi apa boleh buat, karena ibunya merasa tidak mampu untuk merawat anak-anaknya sendiri.

Baca Juga:

        Semoga anak-anak itu tetap tumbuh dengan baik meskipun tak memiliki kepercayaan kepada orang-orang tua di sekitarnya.
        Demi masa depan seorang anak, kita harus menekankan pada mereka, siapapun yang merawat mereka, pada dialah anak-anak harus berpegang dan patuh, siapapun dan dimanapun orang tua kandungnya berada. Agar seorang anak berkembang dengan baik, menjadi pribadi yang baik.
        Jadi memang kuncinya ada pada orang tua kandung anak-anak yang pengasuhannya diserahkan pada orang lain, dimana saat ada kesempatan bertemu dengan anak-anaknya, ia harus selalu menanamkan kepercayaan pada diri mereka bahwa orang-orang di sekitarnya sayang pada mereka, khususnya yang telah merawat mereka selama ini.

Yuk Lanjut.

        Kembali lagi kepada sistem sekolah jaman pandemi ini ya.
        Kalau aku cukup nyaman dengan sistem streaming dan sangat tidak nyaman dengan sistem chat semata karena pure yang kelihatan kerja untuk mengajar hanya orang tuanya, gurunya hanya bertugas memberi nilai, hihihihiii.
        Tapi ya memang banyak juga siswa yang orang tuanya tidak bisa mendampingi atau tidak dapat memfasilitasi anaknya untuk melakukan Sekolah Online secara streaming.
        Hanya saja kalau boleh saran sih, bagi yang sistemnya hanya pemberian tugas dan selalu tugas yang menumpuk melalui aplikasi chat, guru harus lebih kreatif, diselang-seling saja antara tugas dan materi.
        Caranya bagaimana? Ya guru membuat video materi pembelajaran singkat saja, misalnya 15 menit permata pelajaran pada hari itu, kemudian hari berikutnya pemberian tugas, lalu materi lagi baru tugas lagi, selang-seling.
        Toh kemendikbud juga sudah memberlakukan kurikulum darurat pada Wilayah Zona Merah yang masih melakukan sistem pendidikan online, agar para guru tidak fokus pada penyelesaian seluruh materi karena kondisinya kan jauh dari normal, sehingga tidak terlalu membebani anak dengan banyak tugas. Apalagi bagi anak-anak kelas 1 sampai 3 Sekolah Dasar.
        Atau sekali-kali anak-anak diminta menonton tayangan materi di TVRI, dan tugas untuk besoknya adalah merangkum secara singkat materi yang ditontonnya. Karena mengajari kedisiplinan juga yaitu anak bangun pagi untuk menyimak pembelajaran, jika ketinggalan menonton maka ia tak dapat merangkum materinya.
        Sekreatifnya para guru saja. Ini hanya saran dariku sebagai wali dari ponakkan tersayang yang sistem pembelajarannya hanya melalui pemberian tugas melalui aplikasi chat.
        Mendampingi anak yang sistem pembelajaran online-nya menggunakan aplikasi streaming memang tak sejenuh mendampingi anak yang sistem pembelajarannya hanya dengan pemberian tugas dari gurunya di sekolah.
        Aku jarang mengeluh soal Sekolah Online, tapi bisa sangat memaklumi ketika melihat wall sosial media isinya adalah komplain dari para orang tua karena memang sangat memberatkan orang tua maupun anaknya untuk mengerjakan tugas yang menumpuk, tanpa pernah ada pemberian materi secara lisan jarak jauh dari gurunya.

Eh eh, lupa kalau masih 'Hari Santuy'-nya Mami Keceh.

        Maunya santai, eh malah ngisi blognya dengan topik yang berat, jadi mengkerut-kerut lagi kan dahiku ini. Harus segera pakai masker awet muda nih, supaya mudanya yang awet, bukan kerutannya yang awet. T_T
        Sepertinya beban hidupku sangat berat sampai aku lupa kalau seharusnya hari ini aku benar-benar menikmati hari liburku, bukannya memikirkan 'sekolah' dan 'sekolah'. Maklum, 'Mami back to school' ini. Hahahaa ...
        Memang Sekolah Online adalah hal yang paling seru untuk dibicarakan saat ini. Banyak cerita mulai dari anak-anak yang ketiduran saat gurunya menjelaskan melalui streaming, rumah yang selalu heboh dengan teriakan orang tua dan anak-anak setiap pagi atau malam hari, mereka yang olok-olokan dan berkelahi meski streaming sedang berjalan, dan masih banyak lagi.
        Tentunya akan aku kisahkan dalam tulisanku berikutnya lagi.
        Selamat bermalam minggu semuanya. Stay at Home ya sampai Pandemi berakhir.
        Pokoknya kita habiskan dulu si Covid itu. Biarlah berpusing-pusing 'mami ikut sekolah' dulu daripada diadakan Sekolah Offline di masa rawan begini, kasihan anak-anak kalau terkena wabah.
        Sabar yaa Para Mami Keceh, hehehe. Semangat!!

Komentar