Yang Terpenting Dalam Perceraian Adalah Penempatan Anak-anak - Hak Asuh Anak

         

Hak Asuh Anak
Jiwa anak-anak sangat mudah terluka, maka segera obati sebelum bertambah lebar.
Sumber Foto: Milik Pribadi.

        Kadang kita menyepelekan hal-hal kecil yang dapat berdampak besar bagi orang-orang yang kita sayang.

        Sebagai orang awan yang baru akan mengalami perceraian ketika itu (semoga menjadi pengalaman pertama sekaligus terakhirku), aku masih tidak paham mengenai apa saja yang akan dibahas dalam persidanganku.

        Yang aku tahu hanyalah aku telah mengetik surat permohonan mengikuti format yang diberikan oleh staff pelayanan Pengadilan Agama. Sedangkan Sidang Perceraian merupakan sidang perdata sehingga semua yang akan dibahas pada waktu persidangan harus sudah dituliskan pada surat permohonan.

        Aku memang sengaja tidak melakukan permohonan untuk harta gono gini karena di antara kami memang tidak memiliki harta bersama, tetapi sejak pertama aku memutuskan untuk melakukan gugatan cerai, aku ingin mengurus surat hak asuh anak bagi kedua anakku.

        Di sini aku mau sampaikan juga bahwa saat di antara kalian akan berpisah, jangan pernah sama sekali mengabaikan kepengurusan Hak Asuh Anak, dan berikanlah kepada ibu untuk memegangnya.

        Alasannya yaitu agar anak-anak tahu pasti dimana ia tinggal secara tetap (harus tahu bahwa ia hanya memiliki satu rumah untuk ia tinggali), dan peraturan mana yang harus ia ikuti, sehingga ia tidak merasa sebagai korban Broken Home yang terombang ambing di antara ayah dan ibunya, selayaknya bola yang dioper sana-sini.

        Mengapa harus kepada ibu kandung? Karena tak ada orang yang paling mengenal anak-anaknya selain ibu kandung dari anak-anak itu sendiri, tak ada ikatan batin sekuat ibu dan anak sehingga mental dan jiwa anak tetap terjaga meski kedua orang tuanya berpisah.
        Kadang beberapa orang tua hanya memikirkan beresnya urusan mereka saja, yang terpenting adalah akta cerai bagi mereka, agar kelak bisa menikah lagi. Lalu bagaimana dengan anak? Siapa pemegang hak asuh anak? Bagaimana jiwa anak bisa stabil jika ia saja hidup seperti bola?
        Karena ketidak-tahuanku saat itu, maka sidang gugatan perceraianku hanya sekedar untuk jatuh talak saja tanpa membicarakan hal lainnya. Oleh karena setelah talak jatuh dan akta cerai keluar, aku segera mengajukan gugatan untuk hak asuh anak.
        Alhamdulillah ayah kandungnya cukup bekerja sama untuk sidang hak asuh anak ini, karena memang dari bayi anak-anak bersamaku, sehingga sidang hak asuh kami tidak jalan berlarut-larut, tidak membuang-buang waktu tanpa manfaat. Jauh berbeda saat kami sidang perceraian yang memakan waktu cukup panjang, sekitar 3 bulan lamanya.
        Aku toh tak akan menghalang-halanginya untuk berjumpa dengan anak-anaknya. Hanya pada masa-masa ini saja aku agak khawatir jika ayahnya terlalu sering datang dan anak-anak bermanja padanya, mengingat Balikpapan sudah masuk zona merah dalam kasus pandemi ini, khususnya daerah tempat tinggalnya. Ditambah ia mengelola sebuah warnet, dengan kata lain intensitasnya untuk bertemu dengan banyak orang cukup sering.
        Jadi aku melakukan gugatan sebanyak dua kali, padahal gugatan untuk hak asuh anak sebenarnya bisa saja dimasukkan ke dalam surat gugatan perceraian sekalian. Tapi dengar-dengar, bisa tambah lama juga sih sidangnya karena ada tambahan hal-hal yang akan diperdebatkan dalam sidang.
        Memang sudah jalannya, meski harus dua kali keluar biaya sidang, yang penting semuanya lancar.
        Demi anak-anak, orang tua harus rela repot sedikit. Sebelum sidang hak asuh anak, aku kan ditawari oleh hakim mediasi untuk membuat akta damai saja yaitu mengasuh anak bersama-sama, tetapi aku tetap memutuskan untuk meneruskan gugatanku.
        Berbeda loh adonan seorang anak yang berada pada satu tangan dengan anak yang berada pada dua tangan yang tidak berpasangan.
        Lain ceritanya jika kedua orang tuanya masih dalam ikatan pernikahan. Justru di dalam rumah tangga, anak-anak harus mendapatkan asuhan dan rawatan oleh kedua orang tuanya. Namun jika kedua orang tua berpisah, anak-anak memiliki satu pegangan.
        Ada satu cerita, kerabat yang cukup aku kenal, anak-anaknya menjadi korban broken home, tumbuh menjadi dewasa tanpa pegangan. Kadang tinggal bersama ibunya dan kadang tinggal bersama ayahnya, sehingga ketika remaja dan mulai mengenal pergaulan luar, ia menjadi sosok yang sangat bebas.
        Ibunya berpikir anak-anak sedang berada di tempat ayahnya, sementara sang ayah berpikir anak-anaknya sedang bersama ibunya. Namun pada kenyataannya, entah anak-anaknya berada dimana.
        Sampai pada usia sang anak yang baru memasuki 17 tahun, anak lelakinya itu masuk penjara karena tertangkap mencuri motor, sementara anak perempuannya sering berpergian keluar kota entah bersama siapa.
        Naudzubillahi min dzalik. Ini aku sekedar sharing hal-hal yang aku ketahui, bukan bermaksud ghibah, hanya saja agar setiap orang tua paham betapa pentingnya akta hak asuh anak sebagai pegangan untuk membuat anak-anak mereka menjadi pribadi yang baik meski orang tuanya berpisah.
        Kembali lagi cerita tentang kerabat yang aku tahu tersebut.
        Sehari-hari anak-anak tinggal bersama ayahnya, karena ibunya merasa tidak sanggup membesarkan 5 orang anak seorang diri, tanpa pekerjaan, namun ayahnya juga bekerja sehingga jarang berada di rumah, dan anak-anak itu dirawat oleh bibinya yang belum pernah menikah.
        Bibinya sayang pada mereka, tetapi mereka merasa sang bibi sama sekali tak berhak mengatur kehidupan mereka karena sang bibi bukan siapa-siapa bagi mereka.
        Sebagian orang berpendapat negatif terhadap anak-anak korban perceraian, karena kebetulan melihat anak-anak yang Broken Home, sehingga pernikahan yang jauh dari kata bahagia harus dipertahankan dengan alasan 'akan mengorbankan anak', padahal orang tua bercerai bukan berarti rumah anak-anak itu hancur, yang terpenting kita telah mengantisipasinya dengan sangat baik.
        Tetapi saat orang tua mengekang anak dalam rumah tangga yang panas, tanpa aura kebahagiaan sedikitpun, akan menjadi awal masa kehancuran bagi anak-anak.
        Ditambah lagi, ketika kedua orang tua pada akhirnya harus berpisah juga dan mereka tidak tahu tempat mereka berada dimana, maka jiwa baik dalam diri mereka akan benar-benar musnah.
        Jadi, jangan pernah lupa untuk mengurus Akta Hak Asuh Anak, ketika kalian memutuskan tali pernikahan, karena anak-anak butuh pegangan untuk menstabilkan jiwanya yang sempat goyah.
        Boleh banget jika kalian mau tanya atau sharing mengenai hal-hal yang kalian ingin tahu dan yang kalian memang tahu, tulis saja di kolom komen ya, aku pasti meresponnya.

Komentar