Sekolah Online Yang Membuat Mood Tekeliwai - Prahara Mouse Laptop

            

Mouse Laptop Rusak
Prahara Mouse Laptop.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Speechless. Waktu aku melihat 'mouse' yang biasa aku pakai di laptop dan baru sekitar 3 bulan aku beli, jatuh lagi untuk ke sekian kalinya. Tamat riwayatnya.

        Ada perasaan sesal karena lupa menyingkirkan mouse itu dari meja saat waktunya anak-anak sekolah online. Tanpa sengaja Aisyah menyenggolnya dan BRAKK, jatuh ke lantai.

        Kebetulan mouse-nya keren, dan aku suka, merk yang terkenal bagus tapi dapat dengan harga yang murah.

        Mau marah atau nangis sekalian rasanya, tapi selain tidak sengaja, ekspresiku yang berlebihan karena si tikus kesayangan (teman setiaku saat aku berhadapan dengan laptop) jatuh, akan membuat mood Aisyah jadi turun dan dijamin kegiatan belajar - mengajar tidak akan berjalan lancar.

         Sebenarnya kalau di kamar hanya ada aku dan Aisyah, anak sulungku ini lebih tenang belajarnya, tidak terlalu banyak tingkah, tapi karena Koko sepupunya mau ikut belajar bersama kami (mungkin karena merasa aku lebih lembek mengatasinya dibandingkan JiEm dan JiPinya), jadinya Aisyah kurang konsentrasinya. Ditambah adik perempuannya si Koko juga maunya ikut gabung bersama kami.

         Jadilah Koko di tempat tidur belajarnya pakai meja lipat 2 buah sementara Aisyah dan sepupunya yang cewek (si Cece) di meja belajar.

         Aisyah dan Koko tidak bisa berdekatan belajarnya karena keduanya sama-sama streaming, nanti susah mendengarkan suara masing-masing gurunya, sementara si Cece kan hanya pemberian tugas dari gurunya. Aisyah dan Koko satu sekolah sementara si Cece beda sekolah.

         Dengan perasaan kesal, aku membuka toples keripik, dan mengunyah sambil menjelaskan Aisyah pelajaran yang sedang berlangsung. Aku lagi malas menoleh pada si Koko karena ekspresinya yang kosong entah melihat kemana, sementara gurunya ngoceh di video, nggak diperdulikannya.

         Aku lupa kalau Cece juga menunggu untuk dijelaskan tentang tugasnya, padahal di meja yang sama. Eh mendadak doi komen, "Nggak sopan loh makan sambil bicara."

         Buju Buneng ini bocah! Lebih nggak sopan mana kalau marah nyumpahin orang tua sama makan sambil bicara??? Dalam hatiku protes, tambah kesal, meski aku tahu makan sambil bicara memang tidak sopan.


Sekolah Online
Aarrgghhh, Emak kesaaallll!
Sumber Foto: Milik Pribadi.


        Karena ponakkan perempuanku ini kan kalau mengamuk bukan main, semua orang disumpahinnya 'matek' atau dia bilang kalau dirinya sendiri yang mau 'matek' supaya bisa jadi hantu dan mau hantuin orang satu rumah. Kok sok menasehati soal 'kesopanan', pikirku.

        Baiklah, tapi nggak etis rasanya kalau aku marah-marah padanya, seorang bocah berusia 7 tahun, apalagi dalam konteks ini, karena aku memang saat itu salah, makan sambil berbicara. Hahahaaa ...

        Jadilah aku berkata lirih sambil melirik padanya, "Lebih nggak sopan mana, orang sudah susah payah mau ngajarin tapi yang diajarin malas-malasan."

        Hatiku menambahi dengan kalimat, "I'm not your parents you know. Kemana mereka helloww?" 

        Tenang, hanya di dalam hati, masih kebawa kesal, maklum Emak juga manusia biasa, lagipula biasanya kalau aku menasehati anak-anak ini, jawaban mereka juga "Aunty bukan siapa-siapa."

         Jiwa kekanak-kanakkanku meronta, mendadak aku pengen belaian manjah, eh eh, maksudnya mendadak aku ngambek, nggak kuhiraukan dulu si ponakkan cewek untuk beberapa saat.

        Aku kembali fokus pada Aisyah saja. Kebetulan Aisyah anaknya cukup mau kalau diajarin, pandangan matanya nggak terlihat kosong saat aku menjelaskan, jadi rasanya sayang banget kalau aku sia-siakan mendampinginya untuk anak-anak yang kurang minat belajar.

        Sedangkan waktu pembelajaran sangat singkat, hanya 30 menit persesi kan? Tapi memang cukuplah untuk anak-anak usia kelas 3 ke bawah menyimak mata pelajaran, kalau lebih lama mungkin mereka akan jenuh juga.

        Sesekali aku menoleh ke Koko. Kalau kulihat melamun, langsung aku tegur. Kemudian aku mengajari si Cece juga, karena kasihan juga kalau bocah cewek ini dianak-tirikan, hemm, aku nggak tegaan, heheheee, meski masih kesal.


Sekolah Whatsap
Ponakkanku kerjain tugas Whatsapp.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.


        Lalu sampailah ke mata pelajaran ketiga, sesi PPKN untuk si Koko. Bocah lelaki ini bukannya duduk untuk mendengarkan gurunya, tetapi sibuk mondar-mandir mengganggu adik-adik perempuannya yang lagi belajar juga, jadi semuanya buyarlah konsentrasinya.


Sekolah Dasar Online
Gangguin orang teross!
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.


        Aku memang nggak menerapkan pendidikan ala kolonial seperti orang tua jaman dulu sih, tapi kalau aku kesal komentarku cukup pedas. Setelahnya baru menyesal karena telah mengucapkannya. T_T

        "Iya nggak apa Ko, kalau Koko bodoh kan bukan Aunty yang malu, tapi Papa Koko yang malu." Kataku dengan 'santuy' sambil tetap fokus mengajari Aisyah dan si Cece.

        Di situ si Koko sudah mulai kecewa. Sepertinya dia kesal, kenapa sih Aunty-nya tega banget ngomong begitu padanya.

        Untuk melawanku dia terus berkata akan mematikan video streaming dari gurunya itu, jadi aku pun mengatakan padanya, "Iya nggak apa, nanti Aunty putarkan Video Streamingnya di bawah, jadi Koko sekolah onlinenya di bawah lagi."

        Sedangkan dia tahu, kalau di lantai bawah pasti JiEm dan JiPi-nya kesal sekali melihat kelakuannya itu, dan tidak akan setabah aku dalam menghadapinya.

        Mendengar kata-kataku itu, dia tambah kesal, membanting-banting meja lipat di tempat tidur, memukul-mukulkan HP-nya ke meja, jadi aku berkata lagi, "Ya, nanti kan kalau rusak, Koko juga yang nggak bisa main game."

        Dia masih marah sambil menangis, "Aunty jahat, ini HP bodoh, ini Sekolah jelek!"


Pusing Emak
Ih, gitu aja ngambek deh. Ponakkan tersayang ini.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

         Tapi lama kelamaan kok aku kasihan lihat dia menangisnya, masih dengan kemarahannya sih, tapi mulai sesenggukkan gitu nah, hahahaa, duh mana tega.

        Langsung aku datangi dan kupeluk, lalu aku kasih tahu dia, "Kita kan dari dulu sudah sama-sama, dari kecil Koko tinggal sama Aunty, mana bisa Aunty nggak sayang Koko, makanya Aunty ajarin biar Koko pintar."

        Tambah sesenggukkan dianya, meski mulutnya masih keras. Yang aku senang dari Koko ini, hatinya nggak sekeras mulutnya, berbeda dengan adik perempuannya yang keras hati.

        Aku nggak bisa marah lama-lama sama dia, hahahaa, karena aku tahu ini bocah nggak bisa lepas dari kami semua. Dari bayi dia sudah bersama kami, dari baru lahir aku juga sudah ikut ngurusin.

        Apalagi dulu waktu dia bayi dan emak-babenya berantem hampir tiap hari di depannya, dia selalu aku ambil alih.

        Kalau adik perempuannya si Koko, kapanpun mamanya jemput, dia mau ikut, walau seringkali kecewa karena sudah dibawa pergi oleh mamanya, eh malah diantar balik lagi ke rumah kami. Kalau si Koko sama sekali nggak mau ikut sama mamanya, mau kami antarkan saja nggak mau, hehehee. Kebetulan mamanya di Samarinda.

        Sungguh Prahara Mouse Laptop, membuat Sekolah Online pagi ini ikut menurunkan mood-ku juga, bukan hanya mood-nya anak-anak.

        Selesai Sekolah Online, aku langsung pergi ke toko peralatan komputer untuk beli mouse serupa, tapi sudah nggak ada dong ya, merk bagus itu dengan harga yang hanya 65 Ribu, hiks. Jadilah aku ambil sekalian yang paling murah saja, yang harganya 35 Ribu, masih diskon lagi 10 Ribu, wakwakwak ...


Mouse diskonan
Diskon Coy. Hihihihiii ...
Sumber Foto: Koleksi Pribadi.

        Muyaknya aii ... tekeliwai memang mood emak dan mood anak-anak pagi tadi.

Komentar